Selasa, 08 November 2011

Mengenal Tokoh Sains Islam


Al Khawarizmi, Penemu Ilmu Al Jabar

Mau tahu siapa penemu ilmu hitung atau aljabar? Dia seorang muslim bernama Al Khawarizmi. Tokoh yang bernama lengkap Abu Ja'far Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (780-846 M) ini merupakan ilmuwan muslim yang banyak menyumbangkan karyanya di bidang matematika, geografi, musik, dan sejarah. Dari namanyalah istilah algoritma diambil.
Beliau lahir di Khawarizmi, Uzbeikistan, pada tahun 194 H/780 M. Sedari kecil, beliau sudah menyukai pelajaran Matematika.
Kesukaan ini terus berlanjut sampai akhirnya bisa menciptakan dua karya di bidang matematikan yaitu, Hisab al-Jabr wa al-Muqabla  (Pengutuhan Kembali dan Pembandingan) dan Al-Jama' wa at-Tafriq bi Hisab al-Hind (Menambah dan Mengurangi dalam Matematika Hindu) .
Kedua karya tersebut banyak menjelaskan tentang persamaan linier dan kuadrat; penghitungan dan persamaan dengan 800 contoh yang berbeda; juga tanda-tanda negatif yang sebelumnya belum dikenal oleh bangsa Arab.
Dalam karya Al-Jama' wa at-Tafriq, Al-Khawarizmi juga menjelaskan tentang kegunaan angka-angka, termasuk angka nol dalam kehidupan sehari-hari.
Sang ilmuwan ini pun dipercaya sebagai penemu angka nol. Wuihhh, luar biasa! Hmm, bayangkan kalau angka nol tidak ditemukan, wah, sulit sekali menemukan angka yang pas.
Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai astronom. Di bawah Khalifah Ma'mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian ini dilakukan di Sanjar dan Palmyra.
Hasilnya, selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan pada saat itu.
Eh, masih ada lagi, lho, yang ditemukan Al Khawarizmi. Beliau menyusun buku tentang perhitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari. Wow, keren!
Nama beliaupun semakin terkenal sampai ke Eropa dan dunia. Hasil penemuan Al Khawarizmi benar-benar bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
http://www.tribunnews.com/2011/08/10/al-khawarizmi-penemu-ilmu-al-jabar

Abdus Salam, Penerima Nobel Pertama

Sejak kecil, Salam telah memperlihatkan kejeniusan. Ia giat mempelajari ilmu pengetahuan terutama tentang fisika. Sampai akhirnya ia meraih penghargaan nobel berkat risetnya tentang elektro lemah.
Melalui risetnya itu, ia menemukan partikel W dan Z yang kemudian menjadi model standar penelitian di bidang fisika energi tinggi.
Abdus Salam lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, seorang pegawai negeri biasa. Meski begitu, Abdus Salam tak mau menyerah.
Ia berhasil mendapat beasiswa untuk kuliah di St.John's College, Cambridge, Inggris hingga meraih gelar doktor. Ia bercita-cita mendirikan lembaga riset fisika di Pakistan.
Namun, usahanya belum berhasil karena pemerintah setempat belum sanggup membiayai dana penelitiannya. Salam lalu kembali ke Cambridge, untuk mengajar di sana dan beberapa universitas lainnya di Eropa.
Kemudian ia berhasil mewujudkan cita-citanya mendirikan lembaga riset di tahun 1993 di negara Italia. Lembaga itu dinamai ICTP (International Centre for Theoretical Physics).
Lembaga itu tentu berjasa untuk perkembangan dunia fisika sampai saat ini

Ibnu Sina, Si Raja Obat

Semangat belajar dan mencari ilmu pengetahuan adalah salah satu karakter yang terlihat jelas dari ilmuwan bernama lengkap Abu Ali al-Husain bin Abdullah.
Begitu jeniusnya tokoh yang satu ini, sampai-sampai guru di sekolahnya pun meminta pada ayah Ibnu Sina agar ia berhenti dari sekolah dan belajar sendiri secara otodidak.
Gurunya yakin, jika Ibnu Sina punya lebih banyak waktu untuk belajar sendiri, ia akan tumbuh menjadi manusia yang lebih hebat dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Wah, apa yang disarankan guru Ibnu Sina itu pun terbukti! Ia banyak belajar dari berbagai buku tentang matematika, agama, metafisika hingga kedokteran.
Ia sangat menyukai dunia kedokteran. Tidak tanggung-tanggung, ia juga belajar bagaimana cara merawat orang sakit.
Hasilnya? Di usia 16 tahun, ia berhasil menguasai ilmu kedokteran dan mulai praktek sebagai dokter ketika berusia 18 tahun.
Kehebatan Ibnu Sina pun kian terdengar dan dikenal sebagai dokter di Bukhara. Suatu hari, seorang penguasa Dinasti Samaniah, Nuh bin Mansur yang tengah sakit keras mengundangnya ke istana.
Nuh meminta Ibnu Sina untuk mengobatinya. Ia pun berhasil! Akhirnya, Ibnu Sina diangkat menjadi dokter istana. Orang-orang yang datang berobat padanya semakin banyak.
Petinggi negara lain pun berhasil disembuhkan, speerti Ratu Sayyidah, Sultan Majdud dari Rayy, Syamsu Dawla dari Hamdan dan masih banyak lagi.
Karena keahliannya di bidang kedokteran, ia dijuluki Raja Obat.

Ibnu Haitam, Bapak Optik yang Cerdas

Nama lengkapknya Abu Ali Hasan al-Haitam atau Ibnu Haitam. Ia membuat banyak penemuan di bidang fisika dan optika yang bermanfaat untuk kehidupan manusia!
Di dunia barat, ia lebih dikenal dengan sebutan Alhazen atau bapak optik. Ibnu Haitam lahir di Basra, Irak tahun 956. Ia terus giat menimba ilmu hingga menjadi ilmuwan terkenal.
Ibnu Haitam sempat menjalani profesi sebagai pegawai pemerintahan. Namun, ia tidak betah karena ingin mengembangkan pengetahuan di bidang, fisika, optik, matematika dan lainnya.
Haitam pun berhenti dari pekerjaannya. Ia pergi ke Spanyol, tempat yang dikenal sebagai peradaban ilmu pengetahuan Eropa di masa itu.
Di sana,ia tertarik mempelajari optika hingga membuat namanya semakin dikenal. Penemuan Haitam di bidang optika yang terkenal adalah "hukum refraksi".
Hukum tersebut merupaan hukum fisika yang menyatakan bahwa sudut refleksi dalam pancaran cahaya sama dengan sudut masuk.
Ibnu Haitam juga berhasil menemukan sebuah Teori Penglihatan Manusia. Ia menolak teori Ptolemaeus dan Euclides yang mengatakan bahwa manusia melihat benda melalui pancaran cahaya yang keluar dari matanya.
Menurut Haitam, bukan mata yang memberikan cahaya justru benda yang terlihat itulah yang memantulkan cahaya ke mata manusia.
Ibnu Haitam juga memberikan sumbangan besar bagi dunia ilmu pengetahuan moderen. Tak hanya tentang optika tapi juga mengenai astronomi.
Pendapatnya di bidang astronomi tentang lapisan atmosfer dan perkiraanya mengenai jarak matahari dengan benda-benda angkasa lainnya dipercaya mempercepat temuan-temuan ilmuwan Barat tentang kosmologi moderen.

Al Farabi, Kepandaiannya Melebihi Aristoteles

atu lagi sosok ilmuwan Islam yang sangat pandai. Dia adalah Al Farabi. Orang yang pertama kali memasukkan ilmu logika ke dalam kebudayaan Arab adalah al-Farabi. Kepandaiannya di bidang ini jauh melebihi Aristoteles.
Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag al-Farabi. Ia dilahirkan pada 870 M di Desa Wasiji, Transoxiana. Sejak kecil, al Farabi dikenal sebagai anak yang cerdas.
Ketika dewasa, ia pindah ke Baghdad dan memperdalam berbagai macam ilmu, antara lain filsafat, logika, matematika, ilmu politik, dan musik.
Dari Baghdad, ia lalu pindah ke Harran (Iran) dan belajar filsafat Yunani setelah itu, ia kembali lagi ke Baghdad.
Al-Farabi mencerminkan sifat guru sejati yang diidealkan pada saat itu. Sekalipun ia tinggal di istana, hidupnya sederhana.
Sebagian besar waktunya digunakan untuk mengkaji ilmu dan menulis. Ratusan karya telah dihasilkannya antara lain buku berjudul Intisari Buku Metafisika.
Di samping itu, ia juga terus menghabiskan waktunya untuk mengajar.
Al Farabi juga dikenal sebagai pakar musik. Ia pandai bermain musik. Suatu hari, Amir Syayf ad-Dawlah mengajak Al farabi mendengarkan musik yang dimainkan oleh para pemusik yang sudah jago.
Ketika pemusik itu mengeluarkan suara musik, Al farabi menemukan kesalahan dan diungkapkannya ke pada Amir. Lalu, Amir meminta Al Farabi untuk memainkan sendiri alat musiknya.
Ketika Al Farabi memainkan alat musiknya, orang-orang yang hadir lalu tertawa. Lalu, ia menggubah komposisi musiknya, tiba-tiba, semua yang mendengarkan pun menangis.
Kemudian ia gubah lagi, semua yang mendengarkan pun tertidur. Permainan musiknya sungguh luar biasa! Ia bisa membuat pendengar tertawa, menangis dan akhirnya tertidur.
Al Farabi memang pantas disebut pemain musik ulung!

Abul Wafa, Ilmuwan Muslim Penemu Rumus Dasar Trigonometri

Matematika bukanlah hal yang sulit tapi menyenangkan bagi ilmuwan muslim bernama Abul Wafa. Bahkan matematika juga yang membuat namanya dikenal di dunia Barat. Abul Wafa adalah seorang ilmuwan serba bisa.
Selain jago di bidang matematika, ia pun terkenal sebagai insinyur dan astronom terkenal pada zamannya.
Ia terlahir di Buzjan, Khurasan (Iran) pada tanggal 10 Juni 940/328H. Ia belajar matematika dari pamannya, Abu Umar al Maghazali dan Abu Muhammad Ibn Ataba.
Salah satu peran terbesar Abul Wafa dalam Matematika adalah menemukan rumus dasar Trigonometri.Trigonometri berasal dari kata trigonon yang artinya tiga sudut dan metro; mengukur.
Ilmu tersebut merupakan cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigonometrik seperti sinus, cosinus dan tangen.
Rumus-rumus yang dihasilkan oleh Abul Wafa, hingga kini masih bertahan. Kemampuannya menciptakan rumus-rumus baru matematika membuktikan bahwa Abul Wafa adalah seorang ahli matematika yang jenius!
Pantas, jika ilmuwan Islam ini dianggap sebagai orang jenius. Pengetahuannya begitu luas, termasuk dalam bidang astronomi. Karena kemampuannya itulah, Organisasi Astronomi Internasional (IAU) pun mengabadikan namanya di kawah bulan!
Abul Wafa menjadi salah satu dari 24 ilmuwan Islam yang namanya diabadikan tanpa menggunakan nama barat. Jadi, nama yang tertulis di kawah bulan itu benar-benar nama aslinya, Abul Wafa.
Lokasi kawah bulan bertuliskan nama Abul Wafa ada di dekat ekuator bulan. Letaknya berdekatan dengan sepasang kawah Ctesibius dan Heron di sebelah timur.
Begitulah dunia astronomi moderen mengakui jasanya sebagai seorang astronom di abad ke-10.

Ibnu Batutah Sang Penjelajah Mengalahkan Columbus

Hidup tokoh Islam ini dihabiskan untuk berkelana keliling dunia.
Ibnu Batutah Berkeliling dunia sambil menyebarkan agama Islam.
Tokoh yang memiliki nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim at-Tanji dan bergelar Syamsudin bin Batutah menyukai dunia penjelajahan.
Tak hanya menyebarkan agama Islam, beliau berkelana juga untuk mengenal budaya yang beragam dari berbagai negara.
Karena pengalamannya itu, beliau menjadi terkenal dan hidup sebagai pengembara.
Ibnu Batutah berkebangsaan Arab, ia lahir di Tanger, Maroko, pada 25 Februari 1304.
Penjelajahan beliau untuk pertama kali diawali dengan menunaikan ibadah haji. Saat itu, ia masih sangat muda dan berusia 21 tahun.
Mesir adalah negeri pertama yang dikunjungi Ibnu Batutah. Dalam perjalanan itu, ia takjub dengan pengalamannya berkelana.
Ibnu Batutah bertemu dengan banyak orang di berbagai tempat. Karena itulah, ia bersumpah untuk mengunjungi tempat sebanyak mungkin sepanjang hidupnya.
Tak cukup dengan pengalaman menjelajahnya, ia pun memutuskan untuk melalui jalan yang berbeda dengan yang sudah pernag dilaluinya.
Ibnu Batutah pun semakin terkenal! Bahkan, kisahnya ini disebut-sebut mengalahkan kehebatan Columbus sang penjelajah Benua Amerika.
Tidak hanya itu, penjelajahan beliau pun sampai ke Pulau Sumatera. Ibnu Batutah membuat buku tentang perjalanannya di Sumatera. Ia menyebut Pulau Sumatera sebagai "Pulau Jawa yang Menghijau"
Nilai buku itu baru tersaingi oleh catatan perjalanan yang dibuat pengembara Italia, Marcopolo (1254-1324).

Ibnu Khaldun, Cendekia Muslim Penemu Ilmu Sosiologi

Tokoh Islam banyak melahirkan ilmuwan dan cendekiawan yang cerdas. Berbagai ilmu pengetahuan dan sosial pun dipelajari dengan baik oleh cendekia muslim bernama Ibnu Khaldun. Tokoh ini tercatat sebagai penemu ilmu sosial khususnya sosiologi.
Ibnu Khaldun yang memiliki nama panjang, Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan. Tokoh ini lahir di bulan Ramadhan, tepatnya 1 Ramadhan 732 (27 Mei 1332) di Tunisia. Di tanah kelahirannya itu, ia tertarik mempelajari berbagai ilmu seperti syariat, bahasa, fisika, dan matematika.
Al quran pun sudah dihapalnya sedari kecil. Sejak kecil pula, ia sudah tertarik mengikuti kegiatan politik.
Bahkan ketika ia mulai tumbuh dewasa, beberapa dinasti kecil sudah memberikannnya jabatan penting di kalangan pemerintahan.
Namun, kemudian ia sebagai sejarawan dan ahli filsafat Islam lebih memilih untuk memberikan perhatian pada kegiatan menulis dan mengajar.
Dalam semua bidang pelajaran, ia mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para gurunya.
Namun pendidikannya sempat terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H.
Penyakit itu merenggut ribuan nyawa termasuk ayahnya dan sebagian besar gurunya. Beberapa karya hebatnya telah dikenal dunia. Ia pun dijuluki sebagai Bapak Sosiologi Dunia.
Salah satu karyanya, kitab al-'ibar (tujuh jilid) ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d'Ibn Khaldoun .
Kitab ini ini pun dijadikan dasar dalam ilmu sosiologi oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern di tahun 1890.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta'riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-'ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis).
Isi Muqadimmah ini adalah pembahasan tentang ilmu sosial dan politik, dasar-dasar pembangunan masyarakat, dan pembidangan ilmu pengetahuan.

2 komentar:

  1. Salam Blogger
    Pengunjung Pertama nah....

    BalasHapus
  2. Aseeeek,,akhirnya posting juga,,setelah ditunggu2,,,,Good Job,,ane beri +1 naaah,,,
    truskan semangatmu,,,

    BalasHapus