selama ini, kita hanya banyak mengenal ilmuwan-ilmuwan asal Amerika atau Eropa. nyaris tidak terpublikasikan ada ilmuwan asal negeri sendiri. sebenarnya bukannya tidak ada, bukan juga temuan mereka tidak bermanfaat, namun karya mereka tidak ter-ekspos di Indonesia, mungkin itulah alasannya. Berikut ini adalah sejumlah ilmuwan Indonesia yang telah memberikan
bukti atas usaha mereka dalam menghasilkan sebuah temuan yang
menakjubkan:
1. Prof . Dr. Mezak Arnold Ratag, Penemu Planetary Nebula Cluster.
stronom lulusan ITB Bandung ini namanya telah diabadikan di 120
Planetary Nebula Cluster, termasuk Ratag-Ziljstra-Pottasch-Menzies dan
Ratag-Pottasch cluster, yang telah ia temukan. The International
Astronomical Union begitu menghargai karyanya pada Planetary Nebula yang
merupakan sebuah langkah maju yang besar dalam ilmu pengetahuan. Ia
juga menerima penghargaan tertinggi untuk kepeloporan kerjanya dalam
model iklim.
Prof. Mezak juga bekerja sebagai Direktur Biro Meteorologi Bahasa
Indonesia, Klimatologi dan Geofisika. Selain itu ia juga peneliti dalam
Biro Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Pada tahun 1988 Universitas Kerajaan Belanda di Groningen,
Rijksuniversiteit te Groningen membolehkan Mezak untuk menempuh ujian
doktoral (magister). Pada Juni 1991 Mezak Ratag memperoleh gelar doktor
(summos honoris) dengan disertasi yang berjudul “A Study of Galactic
Bulge Planetary Nebulae”.
Mezak telah mempublikasikan lebih dari 100 karya ilmiah nasional dan
internasional. Ratusan Planetary Nebulae (PN) baru telah ditemukannya.
Temuan PN tersebut diterbitkan oleh Observatorium Strasbourg. Lebih dari
100 international citations tentang karya-karya ilmiahnya dapat
dijumpai dalam berbagai jurnal, buku, dan prosiding internasional.
2. Josaphat T.S Sumantyo, Penemu Radar 3 Dimensi
Ratusan paten milik Josh tersebar di 118 negara di dunia. Karya Josh di
masa depan akan diaplikasikan di bidang telekomunikasi, transportasi,
penginderaan jarak jauh, kesehatan maupun militer. 1200 unit Radar cuaca
buatan Josh akan digunakan oleh perusahaan Jepang Weathernews
Corporation untuk mengirimkan informasi prediksi cuaca 3 Dimensi.
Riset Josh yang sangat bermanfaat dengan kebutuhan Indonesia antara
lain di bidang pemantauan pergerakan lempeng serta pemantauan musibah
dan manajemen bencana berbasis penginderaan jarak jauh. Riset ini dapat
digunakan memonitor pergerakan permukaan bumi dengan akurasi milimeter,
memonitor pergeseran permukaan bumi sebelum tanah longsor terjadi, atau
pergerakan sesar atau patahan.
Namun sayangnya, bukan Indonesia yang memanfaatkan riset Josh, justru
negeri Jiran lah yang menikmati hasil penelitian ini. Riset ini
kemudian menjadi salah satu bantuan teknologi pemerintah Jepang kepada
pemerintah Malaysia untuk memetakan daerah-daerah rawan tanah longsor di
Semanjung Malaysia yang proyeknya akan dilaksanakan selama tahun
2011-2016, melalui program Official Development Assistance (ODA).
3. Dr. Johny Setiawan, Penemu Planet Baru HIP 13044b
Dr. Johny Setiawan merupakan lulusan doktor termuda di Albert-Ludwigs
Universitas, Greiburg, Jerman. Ia adalah satu-satunya ilmuwan non
Jerman yang menjadi Ketua Tim Proyek Max Planck Institute for Astronomy, di Heidelberg, Baden-Württemberg, Jerman sejak tahun 2003.
Profesinya sebagai seorang astronom menuntutnya untuk sering
melakukan kegiatan pengamatan dari ketinggian 2400 M di tengah gurun
terpencil bersuhu ekstrim, di Observatorium La Silla Chile, yang
merupakan salah satu observatorium terbesar dunia di belahan bumi bagian
selatan.
Hasil temuannya yang menakjubkan mendapatkan apresiasi dari para
ilmuwan setempat. Terlebih saat ia berhasil menemukan planet baru dari
luar tata surya (exoplanet) baru-baru ini. Yang lebih menimbulkan decak
kagum terhadapnya adalah karena ia telah banyak menemukan planet, mulai
dari planet bernama HD 47536 b, HD 11977 b, HD 47536 c, HD 70573 b, HD
110014 b, hingga TW Hydrae b. Ia juga mempublikasikan bahwa planet
tersebut tak hanya berasal dari luar sistem tata surya, tapi
diperkirakan berasal dari luar galaksi Bima Sakti. Planet itu diberi
nama HIP 13044 b. Planet yang jaraknya 2000 tahun cahaya dari bumi itu,
masih bertahan hidup dan diperkirakan yang masih tersisa dari fosil
galaksi lain yang telah punah, yakni fosil galaksi Helmi Stream, yang
tersedot ke galaksi Bima Sakti antara 6-9 miliar tahun lalu, dan berada
di sebelah selatan konstelasi Fornax.
Nama Dr. Johny begitu terkenal di negeri orang untuk bidang astronomi
internasional. Mulai dari Time, New York Times, BBC, National
Geographic, atau Space.com. Penemuan Johny juga telah dipublikasikan di
Science, Nature, maupun Astronomy and Astrophysics.
4. Dr. Warsito, Penemu Alat Pemindai (ECVT) 4 Dimensi
Warsito adalah seorang penemu yang mengembangkan teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT)
4 Dimensi pertama di dunia. Ilmuwan muslim dari Indonesia ini juga
sebagai pemilik paten ECVT yang didaftarkan di dokumen paten Amerika
Serikat. Teknologi tersebut kini dipakai oleh Badan Antariksa Amerika
Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA).
ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari
dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik.
Teknologi ECVT ini ditemukan saat Warsito melakukan studi akhir
ketika menjadi mahasiswa S1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu Warsito ingin
membuat teknologi yang mampu melihat atau tembus dinding reaktor yang
terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya).
Tahun 2003 – 2006 ia wara wiri Amerika – Indonesia. Kemudian ia
memutuskan kembali ke Indonesia. Ia mengembangkan teknologi ECVT di
Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs) yaitu sebuah
laboratorium pada ruang berukuran 5 x 8 meter di sebuah ruko berlantai
dua di Tangerang. Cita-cita Warsito ingin membangun institusi riset yang
tidak kalah dengan institusi riset mana pun di dunia, dan itu adalah di
Indonesia.
5. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, Penemu Membran Sel Bahan Bakar
Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, seorang peneliti madya pada Pusat
Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Doctor of Engineering lulusan dari Waseda University Tokyo Jepang ini
memilih bidang Kimia Terapan, dan mendalami studi tentang polimer dan
katalis untuk fuel cell. Pada tahun 2003 ia mendapat penghargaan Mizuno
Award, dan Koukenkai Award dari universitasnya berkat hasil temuannya
berupa katalis fuel cell baru yang menggunakan unsur Vanadium.
Fuel cell adalah sel elektrokimia semacam baterai atau aki, yang
dapat mengkonversi sumber bahan bakar (bisa berupa hidrogen atau
hidrokarbon) menjadi listrik arus searah (DC). Fuel cell bisa digunakan
menyuplai listrik rumah tangga, mobil, motor, dan lain-lain. Hasil
temuan Dr. Eniya Dewi yang mutahir adalah sebuah produk membran polimer
untuk fuel cell yang lebih efisien dari membran yang tersedia di
pasaran. Produk membran itu dia namakan ThamriON. Produk itu memiliki
efisiensi lebih baik, karena mampu mengurangi kebocoran hingga 50%. Dari
sisi harga, ThamriON jauh lebih bersaing. Bila membran Nafion keluaran
DuPont dijual sekitar US$.1,000 atau sekitar Rp.9 juta per meter
persegi, ThamriOn hanya seharga Rp.2000 per meter persegi. Nama ThamriON
sendiri merupakan gabungan dari kata ‘Thamrin’ dan ‘Ion’, dipilih untuk
mengabadikan alamat kantor Dewi, Gedung BPPT yang terletak di Jl. MH
Thamrin Jakarta Pusat.
Pada tahun 2009 metode penambahan nanopartikel itu berhasil meraih
penghargaan Asia Excellence Award dari The Society of Polymer Science
Japan (SPSJ). Tahun berikutnya, ThamriON dipatenkan dan berhasil meraih
penghargaan Inovasi HKI 2010 Award dari Direktorat Jendral HKI.
6. Prof. Dr. Khoirul Anwar, Penemu sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing).
Prof. Dr. Khoirul Anwar pemilik paten di Jepang atas sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology,
Jepang. Dia mengurangi daya transmisi pada orthogonal frequency
division multiplexing. Hasilnya, kecepatan data yang dikirim bukan
menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. Hasil penelitiannya
tersebut mampu menurunkan power sampai 5dB=100 ribu kali lebih kecil
dari yang diperlukan sebelumnya.
Tahun 2006 ia juga menemukan cara mengurangi daya transmisi pada
sistem multicarrier seperti Orthogonal frequency-division multiplexing
(OFDM) dan Multi-carrier code division multiple access (MC-CDMA), yaitu
dengan memperkenalkan spreading code menggunakan Fast Fourier Transform
sehingga kompleksitasnya menjadi sangat rendah sehingga bisa mengurangi
fluktuasi daya. Teknik ini kemudian dipakai oleh perusahaan satelit
Jepang.
Saat ini, Prof. Khoirul tinggal bersama isteri dan 3 putranya di
Nomi, Ishikawa. Ke-3 anaknya memenuhi formula deret aritmatika dengan
beda 1.5 tahun. Sukses di negeri orang tak membuatnya lupa dengan tanah
kelahiran. Suatu saat ia akan pulang ke Indonesia setelah meraih banyak
ilmu di luar negeri.
7. Dr. Yogi Ahmad Erlangga, Penemu rumus matematika berdasarkan persamaan Herlmholtz guna pencarian sumber minyak bumi.
Yogi
Ahmad Erlangga seorang ilmuwan muda Indonesia meraih gelar doktor dari
Universitas Teknologi Delft, Belanda pada usia yang terbilang muda, 31
tahun. Dia sangat mencintai matematika. Di negeri kincir angin itu, dia
dinobatkan sebagai doktor matematika terapan. Dan matematika itulah yang
melambungkan Yogi Erlangga ke perusahaan minyak raksasa dunia. Rumus
matematika yang dikembangkannya membuat ribuan insinyur minyak bisa
bekerja cepat. Akurasi tinggi.
Yogi berhasil memecahkan rumus matematika berdasarkan “Persamaan
Helmholtz”. Keberhasilan Yogi tersebut merupakan tonggak penting bagi
ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi. Hasil temuannya dapat
diterapkan dalam sejumlah bidang. Salah satunya untuk mempercepat
pencarian sumber-sumber minyak bumi. Ia mampu memecahkan Persamaan
Helmholtz yang rumit, setelah mendalaminya selama 4 tahun.
Menurut Yogi, Shell selama ini harus menggunakan rumus Helmholtz
berkali-kali. Bahkan, kadang-kadang harus ribuan kali untuk survei hanya
di satu daerah saja. Itu sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan
hardware. Yogi punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang
dilakukan Yogi untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah
persamaan ini menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu didapatkan,
maka ia pecahkan dengan metode direct atau literasi.
Rumus matematika temuan Yogi itu juga dipakai untuk teknologi keping
Blue-Ray. Keping itu bisa memuat data komputer dalam jumlah yang jauh
lebih besar. Rumus itu juga mempermudah cara kerja radar di dunia
penerbangan.
8. Ir. R. Mulyoto Pangestu, Penemu Teknis Ekonomis Pembekuan Sperma Hewan.
Ir.
R. Mulyoto Pangestu, Dip. Agr. Sc, Dosen Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan UNSOED Purwokerto berhasil
menemukan metode pengeringan dan penyimpanan sperma yang sangat berguna
bagi para ilmuwan dan dokter di negara berkembang yang kekurangan biaya
untuk mengadakan peralatan pendingin. Peralatan cold storage untuk
menyimpan bahan organis biasanya membutuhkan nitrogen cair sebagai bahan
pendingin (coolant). Selain tangkinya mahal dan makan tempat, nitrogen
cair sangat berbahaya. Agar tetap cair, nitrogen jenis ini harus
disimpan di bawah suhu minus 196 derajat Celcius.
Hasil temuan Mulyoto justru merupakan cara untuk mengeringkan dan
menyimpan sperma dalam suhu ruangan karena ia memakai jasa gas nitrogen.
Yang luar biasa temuan Mulyoto ini mengalahkan ratusan pesaingnya dari
berbagai negara Asia Pasifik. Bahan yang dipakainya sangat murah hanya
sekitar Rp 2.500,-. Bahan yang dipakai adalah 2 lapis tabung plastik
mini (ukuran 0,250 ml dan 0,500 ml) yang disegel dengan panas
(heat-sealed), kemudian dibungkus lagi dengan aluminium foil. Sperma
yang telah dikeringkan di penyimpanan dalam suhu ruang, dapat bertahan
bertahun-tahun dalam kondisi prima. Sperma itu dapat dipakai untuk
fertiliasi (pembuahan buatan) berikutnya.
Atas hasil penemuan itu Mulyoto meraih penghargaan tertinggi (Gold Award) dalam kompetisi Young Inventors Awards, yang diadakan majalah The Far Eastern Economic Review (FEER) dan Hewlett-Packard Asia Pasifik.
Kiprah para ilmuwan Indonesia ini di negeri orang
sungguh sangat mengagumkan dengan mendapatkan begitu banyak penghargaan.
Seharusnya orang-orang hebat seperti mereka mendapatkan apresiasi di
negeri sendiri karena dengan kecerdasan mereka lah nama Indonesia
menjadi harum dan diperhitungkan di dunia Internasional.
Masih banyak ilmuwan Indonesia yang saat ini menuntut ilmu dan
berkarir di berbagai negara di belahan dunia. Mereka cenderung lebih
memilih untuk menjalani kehidupan dengan profesi mereka saat ini sebagai
ilmuwan. Beragam alasan mereka untuk tidak kembali ke tanah air, salah
satunya adalah peran dan keahlian ilmuwan sangat dihargai di sana.
Selain itu kurangnya kesadaran perusahaan di Indonesia untuk
berkolaborasi dengan universitas atau lembaga penelitian untuk menunjang
riset mereka. Hebatnya di negara lain juga menyediakan dana riset
besar, akses buku dan jurnal penting, serta fasilitas riset yang
kondusif untuk inovasi riset dan teknologi. Semoga Indonesia bisa
belajar menghargai peran seorang ilmuwan seperti halnya negara lain
menghargai kecerdasan ilmuwan sekalipun mereka bukan warganegaranya.
sumber : http//: ILMUWAN-ILMUWAN TERKENAL DI DUNIA ASAL INDONESIA « Blog Zulrafli Aditya – Sumber Informasi yang Aktual, Berkualitas, dan Terpercaya.html